pagi itu belum juga datang
kabut tebal masih menyelimuti jalan setapak
gelapnya malam masih menutupi pandangan
aku terduduk dibawah pohon
cahaya lembut dari rumah peri bersinar menembus pepohonan
melewati lebatnya dedaunan
para peri itu mulai berterbangan dari dahan
dengan cahaya redupnya
bermain main dengan embun dan dinginnya udara
kulihat rumah kurcaci diujung jalan
mereka membuka pintu dan mulai meregangkan tubuhnya yang kecil
kemudian mereka mengambil kapaknya menuju hutan
sebuah kereta unicorn datang dari ujung jalan yang lain
membawakan seratus botol kaca berisikan susu
dan sang kusirpun melemparkan sebuah kepadaku
senandung para bidadari pun mulai mengalun
dan mereka pun turun dari langit yang mulai merekah
dengan rambut terurai dan gaunnya yang putih
matahari kini sudah merekah
membawa cahaya dengan cepat menyusuri jalan setapak dan hutan
dan setiap mahluk di alam raya itu mulai bersenandung mengikuti bidadari
aku menegak susu segar
meluruskan kedua kakiku
kemudian bernyanyi mengikuti senandung nada alam raya
dibawah pohon itu ada makam
dan diatas makam itu terdapat nisan
pada nisan itu tertulis namaku
No comments:
Post a Comment